POLANTAS GOBLOK

POLANTAS GOBLOK???
(Oleh : Adi Dev Onk)

SIANG tadi cuaca tidak terlalu bersahabat. Hujan menghalangi rencana saya dan teman-teman kampus Maulid-an ke Desa Kebon Ayu Gerung,rumah Tony Neutron. Setelah menunggu cukup lama hujanpun reda,hanya gerimis kecil yang masih ingin memeriahkan kegiatan kami. Ternyata proses menunggu harus berlanjut tapi kali bukan menunggu rintik gerimis benar-benar enyah melainkankan menunggu Atin Bulat yang juga akan ikut rombongan kami. Tak lama kemudian dia datang dan kami langsung berangkat.
Sesampai di tujuan,seperti biasa candaan-candaan khas Bastrindo mulai mengganggu kedamain keluarga dan tetangga tuan rumah.(maaf buk ya pak ya…selain datang membersihkan makanan tanpa sisa di piring-piring ibu dan bapak enggak apa-apalah kami berikan sedikit bonus ketidaknyamanan,he.he)
Satu tradisi kami yang tak pernah terlupakan setiap berkunjung ke suatu tempat adalah “hunting view” yang bagus buat photo-photoan,maklumlah kami memang punya obsesi jadi photo model namun kayaknya terlalu nakjis untuk diterima sebagai model satu majalah super lokal sekalipun,wk.wk.wk.
Sawah dengan pemandangan bukit-bukit hijau di desa itu menjadi tempat kami “bernarsis-narsis ria” (Sawah ,salahkan Ikin Pgen Maem Manggis ..! Dia yang menyuruh kami berpose disana sehingga kamu harus kotor karena muntahmu sendiri setelah melihat kami yang begitu menjijikan karena tak punya malu lagi begitu melihat kamera…wuueeek..!)
Lokasi utama “bergaya” icaran kami adalah jembatan merah bersejarah peninggalan Belanda yang sekarang sudah berubah warna menjadi kuning(katanya sih jembatan ini merupakan salah satu tempat paling angker di Lombok)
Tadi saya sempat bertanya.
“Tony, kenapa warna jembatan ini diganti? kan sayang nilai sejarahnya jadi berkurang!”
“Kalau merah kan kesannya angker” jawabnya sedikit malu-malu karena takut dibilang kampungan percaya pada tahayul.
Mengganggu kenyamanan pengguna jembatan sudah selesai, waktunya kembali ke Mataram.
Singkat cerita saya tiba di persimpangan Dasan Cermen,tiba-tiba “Berek Berry” (handphone) saya bergetar, sambil berbelok ke arah Jalan Lingkar Selatan saya mencoba mengeluarkan HP dari "Skiny Jeans" yang saya pakai hari itu,cukup sulit mengeluarkannya karena saku "Skiny Jeans" yang sempit.
Akhirnya bisa keluar juga itu HP, langsung ku tekan tombol hijau” Hallo Lynda Marsmallow, ada apa?”
“Jangan belok ke arah Lingkar Selatan, ada razia kendaraan bermotor” kata Linda Khawatir.
“o ya ya ya, .. udah kena ne” jawabku sambil menepi mengikuti intruksi dari seorang Polantas.
“Mana STNK?”
“Ni” kataku sambil mencoba bersikap tenang.
“SIM..?” Sergapnya.
Perlahan ku keluarkan SIM sambil berharap masa berlakunya tidak dicheck teliti.
“Ini sudah tidak berlaku sejak tgl 6 Januari lalu, ikut saya” perintahnya.

Kerumunan orang-orang yang terjaring cukup bayak, berbagai ekspresi kekecewaan,kekesealan kejengkelan dan rasa enggak enak lainnya terpancar dari wajah mereka. Satu persatu diurus oleh dua “ekor Polantas” (eh, keceplosan..”orang” mksud saya). Yang satu mengurus surat-surat dan kunci-kunci motor yang disita dari pengendara dan satu “ekor” lainnya bertugas memberikan surat TiLang(bukTI peLANGgaran).
“Kamu kena denda Rp 175.000” kata “seekor” polisi kepada seorang Mahasiswa.
“Ah banyak sekali Pak,saya tidak punya uang sebanyak itu” jawab Mahasiswa itu mengharap kasihan.
“Ya udah besok tanggal 2 Maret kamu selesaikan di Pengadilan” ancamnya.
“Astaga jangan Pak” dengan ekspresi yang sangat takut.

Selanjutnya ada “seekor” ups kali ini seorang embak manis berjilbab mencoba mengibuli polisi itu dengan menunjukkan SIM-nya untuk mengambil STNK adiknya yang ditahan,padahal SIM adiknya juga ditahan bersama STNK itu. Ya jelas saja lah polisi itu tidak tertipu,orang tadi jelas-jelas adiknya yang mengendarai motor saat kena razia makanya SIM-nya juga ditahan. Enggak tahu deh udah punya SIM & STNK kok masih bermasalah juga tu “adik si embak”.Mungkin SIM-nya yang mati,mungkin STNK-nya yang mati atau masalah yang lain..peduli amat ah..yang jelas yang pengenku tekankan polisi itu langsung berkata dengan angkuhnya”KAMI SUDAH 17 TAHUN DI JALAN EMBAK, JADI JANGAN KIBULI KAMI DENGAN CARA BODOH KAYAK GINI.!!!”
Tibalah giliran saya yang dipanggil.
“SIM kamu mati,mau DISELESAIKAN DISINI atau di………..”
Dengan gagah perkosanya saya memotong pembicaraan polisi itu”Saya selesaikan di pengadilan saja Pak..!”
Ekspresi wajah dua ekor polisi itu langsung berubah. Ekspresi yang tadi begitu tegas berubah jadi ekspresi wajah yang kecewa.Saya yakin dalam hati mereka berkata”Sialan ni anak,enggak dapat deh uang dari dia”
“Kalau begitu berapa nomer plat motormu?”
“enggak tahu pak”
“Kamu ini bagaiman sih plat motor sendiri saja tidak hafal” mencoba mencari-cari kesalahan saya.
“Lihat dulu sana di motormu..!!”
“Loh ngapain saya repot-repot lihat ke motor saya??????”
“Lihat saja di STNK motor saya yang Bapak pegang..!” dalam hati saya bergumam “TADI NGAKUNYA UDAH BERPENGALAMAN 17 TAHUN DI JALAN, KOK MASALAH GITUAN SAJA MASIH GOBLOK SIH..!!!”
Untuk menutupi Kebodohan memalukan yang telah terjadi,mereka langsung ngurus pelangar-pelanggar yang lain.
Akhirnya saya mendapatkan surat tilang.

(Ya enggak apa-apalah sesekali mencoba pengalaman baru berurusan dengan pengadilan,lagian orang baik kayak saya insyaallah enggak akan bisa merasakan pengadilan kalau tidak melalui pelanggaran kecil kayak gini..ck.ck.ck)

0 komentar: