HITAM MALAM (CERPEN)

HITAM MALAM
(Adi Dev Onk)

Gudang material sunyi dini hari itu. Bisik angin malam mencoba mendengarkan diri di tengah nyanyian ombak pantai. Deru mesin motor bebek memecah kesunyian. Dua sosok  turun dan memarkir motor di tempat yang tak terlihat dari badan jalan.
“Kenapa kita berhenti disini?”
“Enggak usah banyak omong!”
Lelaki itu menarik badan teman  perempuannya kemudian menyandarkannya di tembok. Bibirnya melumat kasar bibir perempuan itu. Perempuan itu tak mengelak namun ia merasa aneh dengan cara tak biasa yang dilakukan teman prianya. Perempuan itu mulai menikmati keanehan itu. Satu persatu pakaian mereka terlepas. Tak satu pun masih menempel di badan mereka. Desah nafas harmoni dengan desir angin malam. Mereka terbang tinggi dan bertambah semakin tinggi. Lelaki itu terbang  jauh lebih tinggi meninggalkan si perempuan mengambang di angkasa.
Suara knalpot racing mendekati gudang. Suara itu hilang dan membiarkan suara motor bebek menyeruak. Pengendara kedua motor itu bergegas menghampiri mereka yang sedang melayang mengecap nikmat surgawi. Sontak perempuan itu tersadar melupakan tikaman nikmat teman lelakinya. Ia membuka mata menatap raut wajah berkeringat di hadapnya. Meski mendengar derap langkah yang semakin mendekat, tak ada respon secuil pun dari wajah itu.
“Giliranku!”
Lelaki itu melepas tikamannya tanpa paksa. Mempersilahkan tiga lelaki yang datang menyusulnya. Perempuan itu berontak namun sia-sia. Tangannya dipegangi dan mulutnya dibungkam. Setelah semuanya mendapat giliran. Tiba-tiba lelaki itu muncul lagi dan menganyunkan linggis ke wajah dan tengkuk perempuan itu.
“Apa yang kamu lakukan!”, kata salah satu dari lelaki itu.
“Kamu mau dipenjara!” bentak balik lelaki itu.
“Sekarang dia sudah mati, apa yang harus kita lakukan terhadap mayat ini agar kita tidak ketahuan?”
“Kita bakar saja”, kata lelaki itu sambil menyiram mayat itu dengan sebotol bensin.
“Bakar juga semua pakaiannya”, usul lelaki yang paling kekar.
Aroma minuman keras tercium dari nafas mereka. Api itu padam sebelum membakar habis jasad perempuan itu. Mereka memutuskan untuk membuang sisa tubuh itu ke jurang di tepi pantai.
*8*
Semilir angin pantai berhembus menerpa wajah-wajah yang ditemuinya. Langit biru tanpa noda awan membiarkan raja siang memelototi  bumi dengan garang. Debur ombak menghentak karang dengan liar. Seorang bocah pencari kepiting pantai melihat benda aneh di tepi pantai yang beratap bayangan jurang. Dia mendekati barang itu. Ternyata itu dalah potongan tubuh manusia. Ia berlari ke kampung nelayan dan menceritakan penemuannya ke warga. Sontak warga datang memadati lokasi penemuan mayat itu. Beberapa jam kemudian polisi datang mengolah TKP. Polisi kesulitan mengidentifikasinya karena bagian wajah mayat rusak dan tak ada kartu identitas yang ditemukan di sekitar TKP. Polisi hanya menemukan cincin berbahan stainles pada jari manis mayat. Sementara di gudang material itu polisi menemukan sendal  hanya sebelah dan sebuah botol bensin. Polisi mengeluarkan pengumuman di media massa. Barang siapa yang kehilangan seorang anak perempuan agar segera melapor ke polisi. Polisi juga merilis ciri-ciri mayat.
“Anak perempuan saya sudah seminggu ini tidak pulang, Pak”
“Silahkan dilihat di dalam, Buk”
“Ini bukan anak saya, Pak”
Polisi sempat mengira jasad malang itu adalah seorang Partner Song pada sebuah cafe di daerah wisata itu. Namun itu terbantahkan karena  beberapa kenyataan pada jasad itu. Salah satunya, Partner Song biasa berasal dari luar pulau dan kulitnya putih, sementara itu kulit mayat tersebut sawo matang. Polisi pun menetapkan bahwa jasad itu perempuan lokal.
Sepekan berlalu mayat itu masih tersimpan di ruang berpendingin. Polisi belum menemukan titik terang. Satu persatu laporan warga yang kehilangan anggota keluarga mereka masuk ke kantong polisi. Satu persatu memeriksa mayat tersebut. Sampai akhirnya seorang anak perempuan mengenali mayat itu sebagai ibunya. Cincin stainles dan sendal yang ditemukan di TKP menjadi perantara pengenalan mayat tersebut. Polisi bergerak cepat mencari pelaku. Keterangan dikorek dalam dari kerabat terdekat korban. Kecurigaan pun mengarah ke pacar korban. Pacar korban yang selama seminggu ini tidak pernah terlihat di kampungnya memperkuat kecurigaan.
Perburuan tersangka dimulai. Tak membutuhkan waktu lama tersangka dibekuk di salah satu hiburan malam. Tanpa perlawanan. Polisi menggiringnya ke kantor polisi dan mulai mengintrogasi tersangka.
“Mengapa Anda tega membunuh korban?”
“Saya tega membunuhnya karena dia mengancam akan bercerita ke keluarga bahwa dia telah mengandung anak saya”.
“Korban mengandung berapa bulan?”
“Lima bulan”
“Mengapa Anda tidak menikahi korban saja?”
“Saya sudah punya istri dan dua orang anak”
“Sudah berapa lama Anda berhubungan dengan korban?”
“Sudah cukup lama, jauh sebelum menikah saya sudah pacaran dengan dia”
“Bagaimana hubungan Anda dengan korban?”
“Saya sangat mencintai dia. Dia juga demikian. Sehingga  Saya melepas keperjakaan saya dengan dia. Dia pun merelakan keperawanannya untuk saya.  Waktu itu kami berencana menikah karena dia hamil tiga bulan namun rencana itu kami batalkan karena sekolah kami belum selesai. Karena tidak ingin mempermalukan keluarga dan tidak menemukan jalan keluar kami menggugurkan kandungannya. Setelah tamat sekolah dia minta dinikahi namun saya belum punya rumah dan pekerjaan. Saya belum siap menikahinya. Sampai akhirnya dia marah besar ke saya karena mengetahui saya pacaran dengan perempuan kampung sebelah. Kami bertengkar hebat. Kami putus namun akhirnya nyambung lagi. Putus lagi nyambung lagi, putus lagi nyambung lagi dan putus lagi. Saat kami  sedang putus untuk waktu yang cukup lama  saya menikah dengan perempuan lain. Sementara  itu dia hamil lagi. Dia meminta saya menikahinya lagi namun saya tidak mau karena saya nyakin itu bukan hanya anak saya saja. Saya dengar dari orang-orang dia sering keluar dengan lelaki-lelaki lain selama saya putus. Saya suruh gugurkan dulu anak itu baru saya mau menikahinya namun dia tidak mau. Dia tetap bersi keras tidak mau menggugurkan kandungannya. Dia pun melahirkan dan merawat anak itu sendiri walaupun harus menagggung malu dari cemooh warga. Saya kecewa atas keputusannya. Karena masih saling mencintai, walaupun saya sudah berkeluarga  kami tetap berhubungan diam-diam. Sampai akhirnya dia hamil yang ke tiga. Saya tidak sanggup menikahinya karena saya sudah punya istri dan dua orang anak.  Dan saya tidak mau mempermalukan orang tua saya. Saya merayunya agar mau menggurkan anak itu namun dia tidak mau. Dia marah besar ke saya yang tidak pernah mau bertanggung-jawab. Dia mengancam akan menceritakan ke orang tua saya tentang hubungan saya dengan dia. Sehingga saya terpaksa mau berjanji menikahinya. Namun dia tidak mau hanya janji. Dia ingin langsung dinikahi karena dia sudah hamil lima bulan.  Saya sangat bingung. Saya minta waktu untuk berpikir tapi dia tetap mendesak agar segera dinikahi. Saya pun memenuhi keinginannya. Saya melarikannya untuk saya nikahi”.
“Bagaimana kronologi kejadian sebelum Anda membunuh korban?”
“Saya ajak dia jalan-jalan ke pantai sampai malam. Kemudian masuk ke salah satu tempat hiburan malam di tempat wisata itu. Disana saya menemui teman-teman saya. Saya meneraktir mereka minuman keras sampai mereka mabuk. Saya berbisik kepada mereka bahwa saya bawa perempuan yang bisa dipakai. Mereka sangat tertarik. Jam tiga dini hari saya menyuruh mereka mengikuti saya pulang dari belakang. Sampai akhirnya terjadilah kejadian itu”.
(Ketapang, 20 Mei 2013 | 20:20)

0 komentar: