Jangan Setinggi Langit!




Dua sahabat karib yang berbeda jurusan ngobrol santai di kost mereka.  Sastrani dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Roby dari jurusan Matematika. Satrani yang berlatarbelakang akademik Sastra merupakan pribadi yang puitis. Kata-kata dalam obrolan kesehariannya banyak menggunakan kata-kata konotasi dan perumpamaan-perumpamaan. Sementara itu, Roby adalah orang eksakta yang realistis, dan cendrung kaku. Dia ngomongnya yang pasti-pasti aja.
Mereka baru dua minggu wisuda, dan mulai merasa gundah dengan masa depan mereka.
“Saya ragu bisa menjadi PNS seperti yang pernah saya cita-citakan dulu”, Roby membuka pencurhatan.
“Kenapa ragu, Rob?”, tanya Sastrani atusias.
“Karena melihat kondisi real persaingan saat ini”, jawab Roby.
“Rob, orang bijak bilang gantungkan cita-citamu setinggi langit!”, nasehat Satrani.
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit, meski kamu harus mengeluarkan biaya yang banyak!”, timpal Roby sinis.
“Kok Gitu, masak gantungin cita-cita pake biaya? Gratis kale!”.
Roby menoleh acuh mendengar pertanyaan Satrani, kemudian dia pegang bahu sahabatnya itu, dan berkata “Sastarani, Banyangkan berapa panjang tali yang kamu butuhkan untuk menggantungkan mimpimu itu di langit?. Pasti itu butuh uang yang tidak sedikit untuk beli tali”.(cr-adi 30/9/13).

0 komentar: