TARI & BONGKI
TARI DAN BONGKI
(Adi
Dev Onk))
DUA MANUSIA yang berbeda kelamin.
Berumur dua puluh tahun awal. Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat
dekat. Tak ada rahasia diantara mereka.
“Ku kira kamu masih merahasiakan sesuatu kemarin itu
Tar?”
“Bong, kamu kan tahu sendiri”,
responnya. “Bisa dibilang aku udah enggak
buka-buka-an lagi sama kamu..tapi udah telanjang”
“Ya sih.
Jujur kemarin itu aku kira kamu keguguran Tar”
Tari dan Bongki menjadi bahan gosip
yang hangat di kampus mereka. Tak satu pun teman kampus mereka yang percaya
bahwa Tari dan Bongki hanya teman biasa. Mereka sering terlihat jalan bareng.
Terlihat begitu mesra. Bongki meletakkan kepala di paha Tari sambil tiduran
saat mereka curhat satu sama lain pun sudah hal yang lumrah. Sangat logis kalau
setiap orang yang melihat mereka berduan mengira mereka sedang kencan
mesra. Satu waktu ketika Bongki menemani
Tari berkunjung ke rumah sahabat dekatnya, Muli. Muli membuka obrolan dengan
Bongki.
“Bong kalian pacaran, ya?”
Ia
tersenyum sebelum berkata “Teman tapi...” Ia berpikir sejenak sebelum melanjutkan
kalimatnya. “Teman tapi jalan-jalan”
“Selebihnya?”
“T-e-m-a-n!”,
tegasnya.
Saat Bongki merasa sepi, orang
pertama yang biasa diajak bertemu adalah Tari. Begitu sebaliknya, ketika Tari boring atau mau jalan-jalan, orang
pertama yang biasa diajak untuk menemaninya adalah Bongki.
“Dmna?”
“OTW pulang. Knpa Tar?”
“Kirain msh dkmpus. Bingung ne mw ngpain. Gk da pa2
se”
“Krmh ja”
“Kt ngpain dsna?’
“Kt buat pa kek ntar”
“OK”
Tak lama Tari tiba dengan motor
matic-nya. Bongki yang tinggal di kampung sebenarnya risih dengan pola pikir
orang-orang di kampungnya yang menganggap setiap teman perempuan Bongki yang
datang adalah pacarnya. Ia berusaha acuh dan mencoba memaklumi.
“Tar, mereka pasti ngira kita pacaran”
Tari
hanya merespon dengan senyuman. Kemudian dia menceritakan bahwa teman-teman
seangkatan di program studi-nya juga mengira mereka pacaran.
“Teman-teman kita yang pernah bergaul di kota aja
cara berpikirnya masih seperti itu apalagi ibu-ibu yang seumur-umur hanya
tinggal di kampung seperti itu”, Kata Bongki
menanggapi cerita Tari sambil menunjuk ke arah ibu-ibu.
“Lebih asyk kayak gini. Bebas kemana-kemana kapan
pun kita mau. Enggak kayak dulu waktu
masih pacaran. Kemana-kemana harus ijin sama pacar. Kayak tadi pas kamu nyuruh
aku kesini, aku bisa langsung kesini tanpa perlu mikir-mikir”
“Ya, memang lebih enak kayak gini. Udah lama juga
aku engak punya teman dekat perempuan seperti ini. Dulu waktu SMP aku punya.
Waktu SMA juga punya. Pas kuliah ini aku kira enggak bakal punya lagi. Eh
ternyata pas semester ahir seperti ini bisa punya juga”,
katanya mengenang sahabat-sahabat dekatnya.
Bongki
sangat semangat bercerita. Memiliki teman dekat perempuan yang mau curhat
padanya tanpa sedikt pun rahasia merupakan kebanggaan tersendiri baginya.
Kemudian ia menanggapai lagi hubungannya dengan Tari.
“Emm”, Tari
memeprsilakan Bongki untuk melanjutkan berbicara dengan isyarat.
“Seandaianya kita pacaran, aku takut kita
kalau putus dan hubungan persahabatan kita pun akan berakhir”
“Ya, kalau pacaran kan ada putusnya, jadi ada mantan
pacar. Kalau sahabat kan engak ada mantan sahabat’
“Lagian kamu tahu sendiri, aku bukan cowok
baik-baik. Hanya menjadikan pacar sebagai pemuas. Aku ingin menempatkanmu pada
posisi yang lebih mulia dalam kehidupanku, bukan seperti mereka yang pernah aku
pacari”.
Ketapang,
15 Juni 2013 | 23:10
0 komentar: